pttogel — Cuaca ekstrem yang diperparah oleh perubahan iklim mendesak dunia bisnis untuk memikirkan kembali ketahanan rantai pasokan mereka. Gangguan yang terjadi bukan lagi sekadar tantangan operasional biasa, melainkan sinyal kuat bahwa diperlukan transformasi mendasar dalam praktik manajemen rantai pasokan.
Insiden yang dulu dianggap terisolasi, kini berubah menjadi gangguan yang terjadi secara berkala. Dampaknya merambat ke seluruh sektor logistik, mengganggu aliran barang dan menimbulkan kerugian yang signifikan.
Gangguan yang Semakin Intens dan Meluas
Penelitian terhadap pola cuaca di sepanjang jalur perdagangan global menunjukkan bahwa gangguan terkait iklim semakin intens. Volatilitas meningkat tidak hanya dalam frekuensi, tetapi juga dalam tingkat keparahan dan jangkauan geografisnya.
Para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa frekuensi kejadian cuaca ekstrem akan terus meningkat seiring naiknya suhu global. Implikasinya jelas: turbulensi dalam rantai pasokan berpotensi menjadi gangguan yang konstan dan harus diantisipasi.
Data yang Mengkhawatirkan dari Lapangan
Laporan dari DP World mengungkap skala gangguan yang nyata. Dalam tiga tahun terakhir, sebanyak 93% pemilik kargo di sektor barang mudah rusak telah mengalami gangguan yang terkait langsung dengan iklim.
Data lebih rinci menunjukkan bahwa sekitar 75% menghadapi kekurangan hasil panen akibat perubahan iklim. Selain itu, 35% terdampak oleh kekeringan di Terusan Panama, dan 27% mengalami masalah operasional akibat rendahnya permukaan air di Sungai Rhine.
Transformasi dalam Pergerakan Komoditas
“Volatilitas iklim mengubah cara makanan bergerak melintasi perbatasan,” ujar Alfred Whitman, Wakil Presiden Global Bidang Produk Mudah Rusak dan Pertanian di DP World. Pernyataan ini menegaskan bahwa adaptasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk memastikan kelangsungan pasokan pangan dan komoditas global.
Dunia usaha kini menyadari bahwa gangguan akibat perubahan iklim adalah tantangan strategis yang memerlukan respons holistik. Tindakan adaptasi operasional harus berjalan beriringan dengan komitmen terhadap praktik lingkungan yang berkelanjutan untuk membangun ketahanan jangka panjang.
